Materi Kultum
Tipu Daya Iblis Paling Licik
Dahulu kala, di kalangan Bani
Israel terdapat seorang ahli zuhud yang sangat tekun dalam beribadah. Ia telah
mengabdi kepada Allah selama 200 tahun. Tapi ia mempunyai satu obsesi yang
aneh; ingin sekali melihat penampakan Iblis. Hingga akhirnya pada suatu hari ia
melihat sesosok makhluk di mihrab. Kemudian ia bertanya kepada makhluk itu,
“Siapa kamu?”
“Aku Iblis. Aku di depan
pintumu. Tetapi aku tidak bisa masuk kepadamu. Engkau ini sungguh memesona.
Yang tersisa dari umurmu, sama seperti yang sudah berlalu darimu.”
Setelah berkata demikian,
Iblis itu pergi. Ahli ibadah yang mendengar perkataan Iblis, bergumam dalam
hati, “Wah, ternyata, umurku masih tersisa 200
tahun lagi. Kalau begitu, aku bisa melakukan apa saja, kemudian setelah itu aku
bertobat.”
Tipu daya iblis tepat
sasaran. Sejak itulah dia tergoda untuk berbuat maksiat.
Pada malam harinya, ia keluar
rumah dan meninggalkan tempat ibadah untuk melakukan perbuatan buruk. Ia sangat
berhasrat untuk mencoba sesuatu yang haram, yang selama ini tidak pernah ia
lakukan. Tapi, nahas sekali nasibnya. Untung tak dapat diraih. Malang tak dapat
ditolak. Malam itu juga, ia meninggal dunia dalam keadaan bermaksiat.
Kisah ahli ibadah yang
terjebak tipu daya Iblis ini tercantum dalam kitab an-Nail al-Hatsis fi Hikayat
al-Hadits, karya as-Samarqandi.
Apa hikmah yang dapat kita
petik dari kisah di atas?
Pertama, tidak boleh bersikap sombong
dengan berharap bertemu musuh. Sang ahli ibadah dalam kisah di atas sepertinya
merasa hebat sampai berangan-angan ingin melihat wujud makhluk terkutuk yang
paling licik dan telah berhasil mengeluarkan Nabi Adam dan Hawa dari surga.
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوا اللَّهَ تَعَالَى
الْعَافِيَةَ
“Wahai manusia, janganlah
kalian berharap bertemu dengan musuh, dan mohonlah keselamatan kepada Allah
ta’ala.” (HR. Al-Bukhari no. 2804, 6810; HR.
Muslim no. 1742; HR. Abu Daud no. 2631)
اِنَّ
الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
“Sungguh, setan itu musuh yang
jelas bagi manusia.” (QS. Yūsuf: 5)
Kedua, harus diingat betul
bahwasanya Iblis adalah makhluk yang sangat licik. Dengan berbagai bentuk tipu
daya, sangat mudah baginya menjerumuskan anak cucu Adam ke dalam kemaksiatan.
Maka dari itu, meskipun kita sedang dalam mode semangat beribadah, tetap harus
berlindung kepada Allah dari godaan setan
فَإِذَا
قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Fa iżā qara`tal-qur`āna
fasta’iż billāhi minasy-syaiṭānir-rajīm
“Apabila kamu membaca al-Quran
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS.
An-Nahl: 98)
Ketiga, ketahuilah, salah satu
jebakan atau tipu daya Iblis yang paling licik, dan trik ini sering kali
berhasil membawa manusia ke jalan yang salah adalah Iblis menggunakan narasi yang sangat membuai, “Sudah, maksiat saja dulu. Nanti kan besok-besok masih bisa tobat.”
Dalam kisah di atas, seorang
ahli ibadah terniat berbuat maksiat gara-gara ditipu bahwa jatah hidupnya masih
panjang; seakan-akan masih bisa menunda tobat. Dengan tipu daya ini pula Iblis
menghasut saudara-saudara Nabi Yusuf untuk menjebloskannya ke dalam sumur.
ٱقْتُلُوا
يُوسُفَ أَوِ ٱطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوامِنْ
بَعْدِهِۦ قَوْمًا صَٰلِحِينَ
Uqtulụ yụsufa awiṭraḥụhu arḍay
yakhlu lakum waj-hu abīkum wa takụnụ mim ba’dihī qauman ṣāliḥīn
“Bunuhlah Yusuf atau buanglah
dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah
kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS.
Yusuf: 9)
Ø
Dan
juga kita jangan sampai menunda amal shalih, misalnya mau membaca Al-Qur`an
“nanti saja lah, sekarang main hp dulu” akhirnya tidak membaca Al-Qur’an
Ø
Sholat
tarwih nanti malam saja lah sebelum sahur, akhirnya ketiduran dan tidak shalat
tarawih
Ø
Dan
terlebih jika ada orang yang mau masuk islam, maka jangan ditunda-tunda harus
saat itu juga, seperti kisahnya Yusuf Hamka
Keempat, amalan di akhir hayat adalah
penentu. Dalam hadits Arabin an-Nawawi nomor 4 disebutkan,
فَوَ
اللّهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
“Demi Allah yang tidak ada Ilah
selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan
baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke
dalam neraka.” (Muttafaqun Alaihi)
Dan dalam hadits lain, yang
juga diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, disebutkan bahwa, Innamal A’mālu bil
Khawātim. Sesungguhnya, amalan seorang hamba itu tergantung
penutupnya.
Ø
Kisah
pelacur yang memberi minum seekor anjing
Ø
Kisah
seorang ahli ibadah yang dititipkan adik mujaheed yang akhirnya berzina dan
dibunuh
Meskipun sejarah hidup
seseorang penuh dengan catatan kriminal, tetapi di akhir dia tutup dengan tobat
nasuha, maka ia akan masuk surga.
Sebaliknya, sekalipun seumur
hidup seorang abid (ahli ibadah) diisi dengan ketaatan, tetapi di akhir
hayatnya justru melakukan kemaksiatan, ia akan dimasukkan ke dalam
neraka. Wal
‘iyadzu billah.
Maka, mari sering-sering
memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala dari berbagai macam bentuk
tipu daya iblis.
0 Komentar